Kamis, 25 Februari 2016

Tantangan IT di Indonesia

Indonesia adalah negara yang besar, dan sebesar itulah populasinya. Dengan puluhan ribu pulau dan berbagai macam budaya dan agama, Indonesia mempunyai potensi yang teramat besar, kalau masyarakatnya mampu mengelolanya dengan baik dan benar.

Di post saya yang sebelumnya yang berjudul IT Dunia Dan IT Indonesia, saya menjelaskan bahwa kontribusi masyarakat Indonesia pada umumnya masih rendah. Kita memang mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan dari bangku sekolah, namun sinergi kebijakan di negara ini masih lemah.

Tantangan ini jelas harus dicari solusinya, dan mereka yang dilirik adalah pemerintah itu sendiri, dan juga para entrepreneur dan pengusaha IT.

Kalau tidak ada peran yang besar yang bekerja untuk memajukan IT di Indonesia, bakat muda yang kita miliki akan semakin sedikit dilirik, dan ini membuat mereka akan mencari perhatian yang layak dari mereka yang benar-benar menghargai mereka.

Bukan hanya sekali atau dua kali bakat muda kita yang brilian diambil oleh negara lain dan perusahaan asing. Dan tentunya kita tidak ingin terus berlanjut bukan?

Tantangan besar ini juga dialami oleh beberapa pengusaha muda bidang IT seperti pendiri GeekHunter bernama Ken Ratri. Usahanya dalam membantu perusahaan dalam proses merekrut talenta IT dengan mempertemukan kedua belah pihak dengan "bahasa" IT.

Ken Ratri
"Berhadapan dengan nerd/geek yang punya tingkat intelijensia/IQ yang tinggi itu bukanlah hal yang mudah. Terkadang kita menemukan beberapa case kalo IQ mereka berbanding terbalik dengan EQ. Mereka terkadang tidak memiliki kemampuan komunikasi yang baik saat kita approach karena lebih nyaman ngobrol dengan komputer daripada sama orang langsung," ujar Ken.

Maksudnya disini adalah, orang IT yang mungkin mendapatkan kesulitan dalam rekruitmen, kebanyak dikarenakan kemampuan sosial mereka yang "berbeda". Sebagian dari mereka lebih nyaman berada di depan komputer sepanjang hari dibandingkan dengan bertemu dengan kolega atau teman mereka. Mereka ini sering disebut sebagai nerd atau geek, atau kutu buku dengan kacamata tebal untuk kebanyakan orang.

Ini menyebabkan para maniak komputer ini sulit berkomunikasi dan sulit untuk menemukan kenyamanan dalam berinteraksi dengan calon atasan atau bos mereka.

IT yang Meluas

IT, atau Information Technology (Teknologi Informasi/TI), merupakan istilah umum sekarang ini untuk menjelaskan suatu pengetahuan yang mempelajari bagaimana teknologi bisa membantu manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan, mengomunikasikan dan/atau menyebar informasi. Pada tahun 1990an, IT belum dianggap sebesar sekarang ini.

Konteks IT semakin luas dengan adanya internet, komputer pribadi yang semakin canggih, perangkat seluler yang semakin mewabah hingga Internet of Things yang sedang hangat dikembangkan.

IT juga berperan besar dalam memudahkan informasi untuk bertukar tangan. Dengan bantuan jaringan yang ada, dan juga internet yang semakin meluas, semua orang dengan perangkat elektronik dengan kemampuan mendapatkan jaringan, mempunyai informasi dunia dalam tangannya.

Paling tidak secara harfiah demikian.

Namun apa gunanya segitu banyak informasi jika tidak dapat digunakan? Selama ini, kebanyakan orang merupakan tipe konsumtif. Sama seperti kebanyakan orang yang sekarang ini berbelanja di mall untuk membeli barang yang mereka tahu tidak terlalu mereka butuhkan. Mereka kebanyakan menghaburkan uang mereka untuk keperluan yang tidak jelas.

Bukan bermaksud menghina, tapi kenyataan orang konsumtif ya seperti itu. "Yang penting punya, butuh apa tidak urusan belakangan."

Balik lagi soal IT, informasi dan data adalah hal yang mahal, tapi bisa dibilang hampir semuanya bisa didapatkan dengan gratis. Kenapa kebanyakan orang tidak bisa menggunakannya dengan baik?

Facebook dan Google misalnya, mereka berlomba untuk menghantarkan internet ke tempat-tempat yang belum terjangkau sebelumnya, dan memberikan internet yang lebih murah dari yang sebelumnya ada. Internet.Org dan Google Loon adalah proyek mereka masing-masing. Memang mereka menuai banyak cercaan dan juga komentar dari pro internet netral, tapi tujuan Facebook dan Google adalah memberikan informasi yang sebelumnya tidak orang-orang dapatkan.
Pendiri Google Sergey Brin
 dan para petinggi provider seluler Indonesia

Beberapa petinggi provider seluler Indonesia menyatakan kerjasama mereka dengan Google. Dan ini bukan hanya mengharapkan meningkatkan pundi keuangan para pemegang saham para raksasa-raksasa komunikasi Indonesia. Bagi saya, ini adalah terbukanya cara untuk masyarakat Indonesia untuk lebih melek teknologi dan bisa membangun bakat mereka masing-masing dengan bantuan informasi di internet.

Jangan sampai kita kembali tertinggal dalam kegelapan. Di peta dunia kita mungkin berada jauh dari peradaban negara-negara besar, berkuasa dan maju (Indonesia berada di Asia Tenggara, dan di peta kita ada di posisi mentok bawah kanan deket Australia; jauh dari Timur Tengah, Eropa, apalagi Amerika yang ada di mentok kiri), tapi dengan adanya teknologi, waktu dan jarak seakan sirna. Disini kita harus bisa memanfaatkan segala keunggulan yang ada demi memajukan dan mensejahterakan diri.

Siapa yang bisa menolak hal gratis dan bagus? Kalau Anda pengguna aktif sosial media, tentu Anda senang yang gratisan bukan? Kenapa doyannya dengerin gosip dan cercaan haters kalau masih banyak ilmu yang bisa Anda dapatkan? *peace :) 

Wallpaper Material Design dan Marshmallow

Android Marshmallow sudah resmi diperkenalkan dan sekarang beberapa pengguna bisa memperbaharui Lollipop mereka dengan "rasa" baru ini.

Marshmallow memang memperkenalkan beberapa fitur baru seperti Doze dan berbagai keunggulan lainnya, tapi disini saya ingin berbagi sedikit banyak hal dibalik desain yang dipakai oleh sistem operasi milik Google itu.

Namanya Material Design. Dengan nama asli quantum paper, ini adalah bahasa desain yang dikembangkan Google dan pertama kali diperkenalkan pada 25 Juni 2014. Yang membuat desain ini unik dibanding kebanyakan desain adalah dia berbasis grid animasi dan transisi responsif dengan padding dan efek kedalaman yang menggunakan pencahayaan dan bayangan.

Desainer yang mempunyai peran besar dalam pengembangan dan pembuatan Material Design ini bernama Matias Duarte.

Walaupun Material Design mengedepankan tampilan 2D yang seakan "flat", menurut Matias, desain ini "tidak seperti kertas nyata, Desain Material kami dapat memperluas dan melakukan reformasi yang cerdas. Material memiliki permukaan fisik dan tepi. Jahitan dan bayangan memberikan makna tentang apa yang dapat Anda sentuh."

Material Design yang menjadi bahasa desain Google, sudah diterapkan di berbagai sudut Android Lollipop keatas, dan juga wallpapernya.

Dan untuk Marshmallow, Google ingin lebih dari itu. 

Di blognya, Google menjelaskan beberapa cara yang Carl Kleiner lakukan untuk membuat wallpaper Marshmallow, termasuk bagaimana rumitnya prosesnya sampai desain abstrak itu berhasil diselesaikan.

Perusahaan raksasa ini ingin konsep awal Material Design bukan dengan rekayasa gambar atau hasil rekayasa ciptaan perangkat lunak. Tapi adalah hasil kerja keras yang manual.

Berikut foto dari Google:





Dengan proses manual ini, Google membatasi Carl dengan kode warna tertentu yang merupakan warna brand Google. Lalu desainer memotong setiap kertas dengan sudut yang sudah dihitung cermat, di skala ulang dan ditumpuk dalam susunan geometri yang kompleks. Untuk menambahkan kesan timbul yang 3D (parallax), desain ini juga memakai berbagai pewarna kertas dan bubuk berwarna.

Ini adalah sebab mengapa Google menyatakan bahwa bahasa desain baru mereka ini didasarkan pada kertas dan tinta.

Hasilnya adalah:




Untuk lebih jelasnya, silahkan lihat di tautan langsung dari Google di sini.

Rabu, 24 Februari 2016

Ketergatungan Internet Dan Media Sosial Di Kalangan Remaja




Internet sudah menjadi bagian dari kebanyakan orang di Indonesia. Sungguh banyak yang bisa dilakukan dengan adanya koneksi dan World Wide Web, dan perangkat seluler sangat membantu dalam pengadaannya.

Di Indonesia dengan populasi yang merupakan salah satu terbesar di dunia, penggunaan perangkat seluler tipe smartphone masih tergolong sedikit jika dibandingkan dengan total keseluruhan perangkat seluler yang tersedia. Salah satu faktor adalah mahalnya harga smartphone dan juga karena kebutuhan.

Kebutuhan? Iya, tidak semua orang di Indonesia tergantung akan internet dan segala kecanggihan serta berbagai kemungkinan yang apps bisa lakukan. Tapi ini tidak menutup Indonesia sebagai potensi pasar terbesar di Asia Tenggara.

Lalu bagaimana dengan mereka yang sudah ketergantungan akan internet?

Pengguna internet di Indonesia didominasi oleh generasi muda. Dan menurut Hafiz, pengusaha muda yang juga pendiri dari media konsultasi bisnis dan marketing internet Eyerys, mereka adalah generasi yang sangat rentan dan labil.

"Remaja dan mereka yang masih muda cenderung mempunyai emosi yang tidak stabil."

Emosi disini maksudnya adalah respon pemikiran seseorang terhadap faktor luar yang diterimanya. Dan generasi muda seringkali belum bisa membendung emosinya. Dan bagi yang tergantung kepada internet dan media sosial, mereka lupa dan tidak paham apa yang harus (boleh) dibagikan di internet, dan mana yang tidak.

Ketergantungan masyarakat Indonesia pada internet lebih terfokus kepada media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram dan Path, dan disini mereka yang masih muda masih mendominasi jumlah posting yang diupload.

Media sosial adalah tempat yang wajar untuk berbagi, ini juga karena tujuan utama mereka adalah demikian: menjadi tempat berbagi. Namun kebanyakan orang masih belum begitu paham akan pengaturan di masing-masing media sosial, informasi pribadi apa yang layak dibagikan, dan post apa yang sesuai dengan norma, agama dan moral kebanyakan orang yang dianggap layak di konsumsi.

Ini satu sisi dari permasalahan. Berikutnya adalah sosial media itu sendiri.

Hafiz Rahman Sukarni
Setiap media sosial mengharuskan para penggunanya memakai nama atau nickname, Facebook malah mengharuskan nama asli kalau diteliti dari kebijakannya (walaupun ada sedikit kelonggaran setelah banyak kontroversi yang diterimanya). Pengguna paling tidak mempunyai email untuk masuk, dan diharapkan mengisi data diri mereka dengan lengkap.

Tujuan dari semua ini tentunya agar si sosial media itu dapat mempertemukan si pengguna dengan para pengguna lain yang bisa jadi sesama hobi, lingkungan tempat tinggal, mutual friends, dan masih banyak hal lainnya.

Untuk media sosial dengan apps, pengguna juga diminta untuk memberikan mereka akses kepada kontak smartphone agar si media sosial dapat dengan mudah menghubungkan si pengguna dengan orang yang belum terhubung, namun berada dalam kontak smartphone.

Hal ini bagus tentunya. Semua seakan serba otomatis dan membuat pengalaman berselancar di media sosial semakin indah dan menarik.

Namun dengan mengisi segala form dengan hal-hal sensitif dan bersifat pribadi, dan juga mempost hal-hal serupa, dan juga mengijinkan segitu banyak informasi untuk diekspor ke media sosial (walaupun dapat di atur), dan dilihat pengguna lain, si pengguna yang bersangkutan akan lebih rentan terhadap penyalahgunaan dan menjadi target kejahatan.

"Mulai dari para hacker, stalker, cyber-bully sampai tindakan kejahatan di dunia nyata," ujar pria bernama lengkap Hafiz Rahman Sukarni ini.

Pernah ada kejadian dimana seorang remaja perempuan pengguna Facebook mengupload foto dia bersama setumpuk uang. Di foto itu, geotagging dinyalakan sehingga posisi si remaja muncul di peta. Apa yang terjadi tidak bisa dicegah: rumahnya kemasukan maling,

Buat yang tertarik bisa baca di: http://www.today.com/money/family-robbed-after-teen-posts-photo-money-facebook-800882. Kejadiannya di Australia. Referensi lainnya bisa dicari di Google :)

Hal sepele bisa berefek besar. Bukan berarti si remaja itu tipe gaptek, tapi karena sisi emosinya yang masih muda (berdasarkan beritanya: 17 tahun pada saat kejadian), dan juga pemikiran kalau dia hanyalah orang biasa yang minim kemungkinan mempunyai stalker (bukan seleb dan bukan orang terkenal).

Pada kejadian itu, fitur geotagging foto yang bisa di set di smartphone dibiarkan menyala. Fitur ini memasukkan data bujur dan lintang dari GPS untuk mendapatkan koordinat. Facebook kemudian membaca data ini untuk menerapkannya posisinya dalam peta. Orang yang melihat profil si remaja perempuan ini, kalau pengaturan privasinya kurang diperhatikan, orang lain sesama pengguna Facebook, bahkan yang tidak, bisa saja melihat itu foto beserta nama, umur, tempat tinggal dan posisi dimana dia mengambil foto dengan setumpuk uang itu.

Tidak perlu orang yang kebetulan BU (butuh uang) yang tergoda, orang biasa pun yang sekiranya tinggal tidak jauh dari lokasi pun bisa saja dibisiki setan.

Untuk contoh lokalnya, ada remaja yang diperkosa oleh teman Facebooknya.

Di kasus ini, si remaja korban bukan lalai dalam geotagging atau semacamnya. Tapi dia terlalu percaya dengan orang asing yang baru dia kenal di jejaring sosial raksasa itu.

Yang disayangkan adalah kasus serupa seakan menjamur. Dan semua dari mereka masih berumur tanggung (remaja dengan emosi labil).

"Pada dasarnya, setiap orang di internet adalah orang asing. Dan dengan memberikan data dan informasi, dan juga kepercayaan yang lebih dari yang sewajarnya terhadap orang asing, waktu yang akan menjawab bagaimana dia akan menjadi korban selanjutnya," tambah Hafiz.

Sebuah Distopia

Mungkin agak terlalu berlebihan untuk menyebut hal ini sebagai sebuah distopia,

Media sosial adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan interaksi yang terjadi antara kelompok atau individu. Mulai dari kegiatan saling berbagi, dan bertukar pikiran melalui internet atau komunitas virtual lainnya. 

Internet dan juga media sosial memiliki dampak yang signifikan bagi kehidupan remaja di era modern ini. Hal ini disebabkan oleh kenyataan anak-anak sekarang tinggal, hidup dan besar di lingkungan dimana mereka dikelilingi oleh gadget.

Akibatnya adalah internet dan media sosial menjadi aspek yang penting di kehidupan mereka, dan mereka pun sulit untuk tidak mengikuti arus.

Gak gaul, ketinggalan jaman, katrok, gak eksis, dan masih banyak julukan lainnya.
Dari banyaknya negatif yang disebutkan diatas, penulis tidak bermaksud menjelekkan atau menuduh para remaja yang tergantung akan internet dan media sosial, tapi penulis ingin menyampaikan suatu kenyataan yang sering dipandang sebelah mata.

Manusia menjadi semakin tergantung dengan teknologi, dan menjadi satu kesatuan yang tidak dipisahkan. 

Siapa yang tidak butuh komputer? Siapa yang tidak punya gadget? Siapa yang tidak kenal Google, tidak punya akun di Facebook, dan tidak memakai instant messaging sama sekali? Siapa yang masih mengandalkan fax tanpa memakai email sama sekali? Dari sekian banyak tentunya hanya segelintir.

Di sisi lain, positif pastinya ada. Sebagaimana apa pun yang ada, pasti ada jelek dan bagusnya, bukan?

Di sisi bagusnya, media sosial bisa menjadi alat yang berharga dan sangat bermanfaat.  
Internet dan media sosial dapat bertindak sebagai alat yang sangat berharga dan bermanfaat bagi para remaja. Disini, mereka bisa memasarkan keterampilan mereka dan mencari peluang bisnis bahkan pekerjaan. Dengan meniadakan jarak dan waktu, komunikasi pun bisa lebih lancar tanpa kendala.

Alasan Ketenaran Media Sosial

Media sosial bangkit dari ketiadaan. Dia seakan menumpang ketenaran internet, mereka berhasil memperluas jangkauan untuk menarik semakin banyak pengguna internet.

Tapi kesuksesan mereka beralasan dan sangat masuk akal:

Pertama, internet yang semakin cepat dan mudah membuat media sosial semakin terkenal. Dengan banyaknya pengguna internet, Google pun mengambil referensi dari media sosial untuk mengisi bagian dari hasil carinya. Oleh karena itu, tidak membutuhkan waktu lama untuk seseorang ataupun produk atau dagangan atau merek, untuk dapat terekspos di internet. Viral adalah istilah yang cocok disini.

Kedua adalah karena jaringannya yang luas. Seperti yang telah disebut sebelumnya, media sosial mengambil keternaran internet untuk meningkatkan pengaruhnya. Dengan itu, jaringannya meluas melebihi batasan yang pernah diperkirakan. Post atau konten apapun akan bisa dilihat di negara mana pun. Dan karena keberadaanya yang fleksibel, media sosial turut andil dalam meningkatkan jumlah e-commerce dan jumlah perdagangan di dunia.

Ketiga adalah alasan yang paling utama. Media sosial itu gratis. Siapa juga yang bisa menolak hal bagus dan gratis? Tanpa biaya, siapa saja bisa eksis di internet, dan para pedagang pun bisa mempunyai toko virtual dan mengurangi biaya pengeluaran untuk toko fisik.

Apakah Anda Pecandu Internet Dan Media Sosial?

Untuk tahu, jawablah pertanyaan dibawah ini:




1. Hal pertama yang dilakukan setiap pagi adalah melihat smartphone dan media sosial.
2. Mengakses media sosial dan internet disaat bosan atau waktu senggang.
3. Memeriksa media sosial, update status dan browsing sebisa mungkin tanpa terkecuali.
4. Melirik media sosial ketika merasakan suatu emosi tertentu.
5. Kecewa ketika smartphone tidak bisa terkoneksi ke internet.
6. Apa yang di post dan share adalah hasil dari spontanitas dan bukan hasil pemikiran yang jernih.
7. Pulsa yang dimiliki diutamakan untuk paket internet, bukan buat telepon.
8. Lebih bisa dihubungi lewat media sosial dibanding telpon, SMS atau bertemu langsung.
9. Menjadikan media sosial dan internet sebagai media komunikasi utama.
10. Interaksi sosial di dunia nyata seakan "kabur" karena Anda "tidak berada di tempat".



Selasa, 23 Februari 2016

Yang Aneh Dan Baru Pasti Menakutkan. Disaat Mulai Terbiasa, Semua Seakan Dilupakan

Manusia diberi akal dan pikiran bukan tanpa alasan. Ini membuat kita lebih kreatif dan "berguna" di muka bumi ini jika dibandingkan dengan populasi Bumi lainnya yang terdiri dari binatang dan tumbuhan. Dari sekian banyak manusia yang memadati planet ini, sungguh banyak yang mempunyai ide cemerlang. Tapi hanya sedikit dari mereka yang benar-benar melaksanakan ide mereka itu menjadi realita, dan hanya segelintir dari sedikitnya orang itu yang benar-benar berhasil.

Kalau kita bicara tentang dunia IT dan para geeks, tokoh yang tidak mungkin dikesampingkan adalah pengusaha asal Amerika Serikat yang bernama Bill Gates. Terkenal dan berhasil karena suksesnya Microsoft, Bill Gates berhasil mengumpulkan uang yang cukup untuk membuatnya menjadi salah satu manusia terkaya di dunia.

Tapi apakah jalan ke surga selalu mulus? Tidak selalu. Atau tepatnya tidak akan pernah. Bill Gates pernah merasakan pahitnya keluar-masuk pengadilan karena tuntutan akan Internet Explorer, penurunan penjualan Windows, dan susahnya bersaing melawan Google Android. Manusia paling sukses dan paling bijaksana pun pasti mengalami cobaan. Pemuka agama bahkan seorang Nabi pun masti merasakan pahitnya sulit dan cobaan. 

Mau jenis kelaminnya apa, orientasinya LGBT apa bukan, dari negara manapun, artis maupun pejabat, mereka yang cacat dan yang normal, dan tidak juga terbatas dari si kaya dan si miskin, pasti pernah sulit menghadapi kenyataan yang ada didepannya.

Kenapa? Karena dunia belum siap menerima apa yang mereka dan apa yang ingin mereka sampaikan.

Ini belaku sama dengan teknologi. Dulu manusia merasa asing dengan adanya api. Tapi setelah tahu api bisa membuat makanan menjadi lebih awet dan mudah dimakan, dan juga memberi kehangatan pada malam hari, api menjadi hal yang lumrah. Pesawat terbang adalah hasil dari cemooh, tapi dengan kesungguhan yang gigih, Wright Brothers berhasil membungkam para haters-nya setelah berhasil membuat pesawat untuk pertama kalinya.

Sekarang, tidak bisa dibayangkan apa jadinya manusia tanpa api dan tanpa pesawat terbang. 

Di Indonesia yang teknologi merupakan hal yang umum, kita masih cenderung merupakan tipe konsumen dan bukan pembuat. Ini membuat Indonesia menjadi target operasi banyak usaha internasional karena melihat potensi populasi kita yang merupakan salah satu terbesar di dunia. Banyak teknologi baru yang diperkenalkan setiap harinya, tapi hanya segelintir yang terdengar, dan sedikit lagi yang keluar ke publik. 

Dari yang berhasil diperkenalkan ke publik ini yang menuai reaksi yang berbeda-beda.

Di Indonesia misalnya, pas saat pertama kali Go-Jek diperkenalkan, ini adalah suatu gebrakan baru dengan memanfaatkan kepadatan dan ketidak-teraturan Jakarta dengan memanfaatkan transportasi tradisional yang sebelumnya tidak berbadan. 

"Taksi motor" ini sungguh luar biasa kalau dibandingkan dengan "taksi" pada umumnya, atau transportasi masal seperti angkutan umum yang beragam jenisnya. Penunggang kuda besi pasti tahu bagaimana bergunanya motor di Jakarta ini.

Aplikasi buatan Nadieem Makarim sangat diterima di berbagai kalangan, tapi beberapa kalangan lainnya bersikeras untuk menolaknya. Kenapa? Mulai dari alasan saingan bisnis sampai undang-undang dan lainnya. 

Tapi kita pernah mendengar hal ini sebelumnya bukan? 

Pernolakan keras terhadap sesuatu hampir selalu hanya memperlambat proses penerimaan, bukan mencegahnya. Tidak ada yang bisa membendung perubahan dan tren. Kalau di contohkan di politik, bisa diibaratkan negara Iran yang sebelumnya "menutup" dirinya dari efek Westernisasi sejak Revolusi Iran, sekarang mulai terbuka menerima "kunjungan" internasional demi memajukan negaranya.

Sergey Brin, salah satu pendiri Google, pernah ke Indonesia di bulan Desember 2015 silam. Dia mengakui akan adanya Go-Jek dan bagaimana model bisnisnya. Dalam kesempatan itu, dia mengagumi akan adanya layanan on-demand seperti Go-Jek.

Intinya, tren adalah hal yang mustahil di bendung. Manusia diciptakan untuk berpikir, dan pikiran itu selama tujuannya adalah demi kemajuan umat manusia pada umumnya, itu akan menjadi tren suatu saat nanti. Jadi kalau ada yang berniat membendungnya dengan membangun undang-undang atau pun benteng setebal puluhan meter, hanya waktu yang dibutuhkan untuk membobolnya, 

IT Dunia Dan IT Indonesia



Sekarang ini peranan IT dalam kehidupan manusia sudah semakin penting. Karena seiring dengan perkembangan kebutuhan, manusia semakin lama semakin tergantung dengan benda yang bernama komputer dan perangkat seluler.

Perkembangan IT di Indonesia sudah cukup menjanjikan dalam beberapa tahun belakangan ini, dan perkembangannya diharapkan menjadi lebih optimal dengan adanya dukungan dari pemerintah maupun oleh instansi berkait

Dengan banyaknya kebaikan dan keuntungan IT dapat diterapkan di kehidupan sosial dan tren sehari-hari, masih banyak hal negatif yang kerap diperdebatkan dengan masuknya teknologi dalam kehidupan kita. Salah satunya adalah penyalahgunaan teknologi yang berakibat kejahatan.

Penyalahgunaan sosial media adalah salah satu contoh yang paling sering terjadi di Indonesia. Dengan adanya sosial media, masyarakat yang pada umumnya terbatas dalam mengekspresikan diri mereka, menjadi lebih aktif dan sedikit banyak lebih agresif. Dari segelintir manusia IT di Indonesia, banyak yang sudah melek teknologi. Namun masih banyak lagi yang masih meraba-raba di internet.

Sosial media tidak bisa disalahkan. Mereka hanya bisnis yang mengutamakan bisnis. Selama data pengguna tidak diselewengkan, mereka secara langsung dilindungi. Tapi sebagai pengguna yang terlalu terbuka, seakan mempersilahkan orang lain untuk mendekati mereka. Dalam hal tertentu ini tentu tidak masalah, tapi dalam hal lain, terlalu terbuka di internet bisa memunculkan para cyber stalker dan tindakan kejahatan lainnya.

Oleh karena itu, harus ada pengawasan dari pihak yang berwenang agar dampak negatif dari IT dapat dikurangi.

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang hidup dalam lingkungan global. Karena berada dalam tren dunia yang semakin lama semakin tergantung akan teknologi, Indonesia mau tidak mau harus terlibat dalam maju-mundurnya penguasaan ilmu IT dan ilmu pengetahuan lainnya. Namun sebagai negara berkembang, Indonesia juga masih tertinggal dalam hal ini.

Kontribusi masyarakat Indonesia dalam proses mengembangkan, membagi, mempelajari dan mengajarkan ilmu pengetahuan dan teknologi di sektor industri, sinergi kebijakan masih lemah. Jumlah ilmuwan di Indonesia juga masih relatif rendah.

Salah satu ukuran yang bisa memperjelas perolehan Indonesia dalam ranah teknologi adalah paten dan royalti selain tentunya pendapatan. Berdasarkan data United Nation for Development Program (UNDP) pada tahun 2013, indeks pencapaian teknologi di Indonesia berada pada urutan ke-60 dari 72 negara.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/vanessams/perkembangan-teknologi-di-indonesia_55547634b67e615e14ba545b

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/vanessams/perkembangan-teknologi-di-indonesia_55547634b67e615e14ba545b

Hal yang menyebabkan ini tentunya banyak. Tapi yang paling kelihatan adalah rendahnya anggaran pemerintah yang dialokasikan untuk riset jika dibandingkan dengan pendapatan domestik bruto (PDB) per tahun.

Selain itu, kontribusi ilmu pengetahuan dan teknologi pada bidang sektor produksi di Indonesia juga masih tergolong rendah. Ini bisa dilihat dari kurangnya efisiensi, rendahnya produktivitas, dan minimnya unsur teknologi dalam barang yang di ekspor oleh Indonesia.

Berdasarkan beberapa fakta yang disebutkan diatas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia masih sangat rendah. Atau dengan kata lain, sangat tertinggal dibanding negara lain yang mengaku mengikuti tren teknologi internasional.

Alangkah baiknya kalau masyarakat Indonesia terus meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memajukan negara kita.



Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/vanessams/perkembangan-teknologi-di-indonesia_55547634b67e615e14ba545b

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/vanessams/perkembangan-teknologi-di-indonesia_55547634b67e615e14ba545b
kontribusi ilmu pengetahuan dan teknologi di sektor industri, sinergi kebijakan masih lemah, dan sedikitnya jumlah ilmuwan di Indonesia.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/vanessams/perkembangan-teknologi-di-indonesia_55547634b67e615e14ba545b
Bangsa Indonesia merupakan salah satu bangsa yang hidup dalam lingkungan global, maka mau tidak mau juga harus terlibat dalam maju mundurnya penguasaan teknologi dan ilmu pengetahuan, khususnya untuk kepentingan bangsa sendiri. Sebagai negara yang masih berkembang, Indonesia dianggap belum terlalu maju dalam penguasaan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/vanessams/perkembangan-teknologi-di-indonesia_55547634b67e615e14ba545b
Bangsa Indonesia merupakan salah satu bangsa yang hidup dalam lingkungan global, maka mau tidak mau juga harus terlibat dalam maju mundurnya penguasaan teknologi dan ilmu pengetahuan, khususnya untuk kepentingan bangsa sendiri. Sebagai negara yang masih berkembang, Indonesia dianggap belum terlalu maju dalam penguasaan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/vanessams/perkembangan-teknologi-di-indonesia_55547634b67e615e14ba545b
Bangsa Indonesia merupakan salah satu bangsa yang hidup dalam lingkungan global, maka mau tidak mau juga harus terlibat dalam maju mundurnya penguasaan teknologi dan ilmu pengetahuan, khususnya untuk kepentingan bangsa sendiri. Sebagai negara yang masih berkembang, Indonesia dianggap belum terlalu maju dalam penguasaan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/vanessams/perkembangan-teknologi-di-indonesia_55547634b67e615e14ba545b

Hello World, Hello Trend

Tidak ada yang lebih diharapkan bagi Indonesia selain mempunyai rakyat yang mencintai karyanya sendiri. Dewasa ini, perkembangan teknologi seakan mustahil untuk dibendung dengan adanya internet yang semakin mudah didapatkan dan juga perangkat seluler yang semakin kecil dan juga semakin terjangkau.

Indonesia mungkin masih tertinggal dalam kategori inovasi dari para inovator. Tapi kita merupakan pangsa pasar yang merupakan salah satu yang terbesar di dunia. Tidak heran kalau produk teknologi pada berlomba untuk bersaing di negara kita.

Sedikit banyak blog ini akan menjadi tempat berbagi dan curhat sang penulis. Tapi sang penulis ini juga seorang penikmat teknologi fanatik yang ingin memperlihatkan kebanggaan pencapaian manusia modern yang semakin lama semakin pintar dalam membuat dunia ini semakin menarik.

Teknologi adalah suatu hal yang merupakan pencapaian manusia untuk mempermudah hidupnya. Dan sekarang ini, tidak ada yang lebih menarik untuk diperhatikan selain perkembangan kehidupan serba digital yang perlahan berhasil merayap ke kehidupan non-digital. Manusia semakin lama akan semakin tergantung dengan teknologi dan seakan menjadi tren. Sebut saja VR atau virtual reality, 3D printing, intelejensia semu dan masih banyak lainnya.

Ijinkan penulis untuk sedikit banyak berbagi.