Kamis, 25 Februari 2016

Tantangan IT di Indonesia

Indonesia adalah negara yang besar, dan sebesar itulah populasinya. Dengan puluhan ribu pulau dan berbagai macam budaya dan agama, Indonesia mempunyai potensi yang teramat besar, kalau masyarakatnya mampu mengelolanya dengan baik dan benar.

Di post saya yang sebelumnya yang berjudul IT Dunia Dan IT Indonesia, saya menjelaskan bahwa kontribusi masyarakat Indonesia pada umumnya masih rendah. Kita memang mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan dari bangku sekolah, namun sinergi kebijakan di negara ini masih lemah.

Tantangan ini jelas harus dicari solusinya, dan mereka yang dilirik adalah pemerintah itu sendiri, dan juga para entrepreneur dan pengusaha IT.

Kalau tidak ada peran yang besar yang bekerja untuk memajukan IT di Indonesia, bakat muda yang kita miliki akan semakin sedikit dilirik, dan ini membuat mereka akan mencari perhatian yang layak dari mereka yang benar-benar menghargai mereka.

Bukan hanya sekali atau dua kali bakat muda kita yang brilian diambil oleh negara lain dan perusahaan asing. Dan tentunya kita tidak ingin terus berlanjut bukan?

Tantangan besar ini juga dialami oleh beberapa pengusaha muda bidang IT seperti pendiri GeekHunter bernama Ken Ratri. Usahanya dalam membantu perusahaan dalam proses merekrut talenta IT dengan mempertemukan kedua belah pihak dengan "bahasa" IT.

Ken Ratri
"Berhadapan dengan nerd/geek yang punya tingkat intelijensia/IQ yang tinggi itu bukanlah hal yang mudah. Terkadang kita menemukan beberapa case kalo IQ mereka berbanding terbalik dengan EQ. Mereka terkadang tidak memiliki kemampuan komunikasi yang baik saat kita approach karena lebih nyaman ngobrol dengan komputer daripada sama orang langsung," ujar Ken.

Maksudnya disini adalah, orang IT yang mungkin mendapatkan kesulitan dalam rekruitmen, kebanyak dikarenakan kemampuan sosial mereka yang "berbeda". Sebagian dari mereka lebih nyaman berada di depan komputer sepanjang hari dibandingkan dengan bertemu dengan kolega atau teman mereka. Mereka ini sering disebut sebagai nerd atau geek, atau kutu buku dengan kacamata tebal untuk kebanyakan orang.

Ini menyebabkan para maniak komputer ini sulit berkomunikasi dan sulit untuk menemukan kenyamanan dalam berinteraksi dengan calon atasan atau bos mereka.

IT yang Meluas

IT, atau Information Technology (Teknologi Informasi/TI), merupakan istilah umum sekarang ini untuk menjelaskan suatu pengetahuan yang mempelajari bagaimana teknologi bisa membantu manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan, mengomunikasikan dan/atau menyebar informasi. Pada tahun 1990an, IT belum dianggap sebesar sekarang ini.

Konteks IT semakin luas dengan adanya internet, komputer pribadi yang semakin canggih, perangkat seluler yang semakin mewabah hingga Internet of Things yang sedang hangat dikembangkan.

IT juga berperan besar dalam memudahkan informasi untuk bertukar tangan. Dengan bantuan jaringan yang ada, dan juga internet yang semakin meluas, semua orang dengan perangkat elektronik dengan kemampuan mendapatkan jaringan, mempunyai informasi dunia dalam tangannya.

Paling tidak secara harfiah demikian.

Namun apa gunanya segitu banyak informasi jika tidak dapat digunakan? Selama ini, kebanyakan orang merupakan tipe konsumtif. Sama seperti kebanyakan orang yang sekarang ini berbelanja di mall untuk membeli barang yang mereka tahu tidak terlalu mereka butuhkan. Mereka kebanyakan menghaburkan uang mereka untuk keperluan yang tidak jelas.

Bukan bermaksud menghina, tapi kenyataan orang konsumtif ya seperti itu. "Yang penting punya, butuh apa tidak urusan belakangan."

Balik lagi soal IT, informasi dan data adalah hal yang mahal, tapi bisa dibilang hampir semuanya bisa didapatkan dengan gratis. Kenapa kebanyakan orang tidak bisa menggunakannya dengan baik?

Facebook dan Google misalnya, mereka berlomba untuk menghantarkan internet ke tempat-tempat yang belum terjangkau sebelumnya, dan memberikan internet yang lebih murah dari yang sebelumnya ada. Internet.Org dan Google Loon adalah proyek mereka masing-masing. Memang mereka menuai banyak cercaan dan juga komentar dari pro internet netral, tapi tujuan Facebook dan Google adalah memberikan informasi yang sebelumnya tidak orang-orang dapatkan.
Pendiri Google Sergey Brin
 dan para petinggi provider seluler Indonesia

Beberapa petinggi provider seluler Indonesia menyatakan kerjasama mereka dengan Google. Dan ini bukan hanya mengharapkan meningkatkan pundi keuangan para pemegang saham para raksasa-raksasa komunikasi Indonesia. Bagi saya, ini adalah terbukanya cara untuk masyarakat Indonesia untuk lebih melek teknologi dan bisa membangun bakat mereka masing-masing dengan bantuan informasi di internet.

Jangan sampai kita kembali tertinggal dalam kegelapan. Di peta dunia kita mungkin berada jauh dari peradaban negara-negara besar, berkuasa dan maju (Indonesia berada di Asia Tenggara, dan di peta kita ada di posisi mentok bawah kanan deket Australia; jauh dari Timur Tengah, Eropa, apalagi Amerika yang ada di mentok kiri), tapi dengan adanya teknologi, waktu dan jarak seakan sirna. Disini kita harus bisa memanfaatkan segala keunggulan yang ada demi memajukan dan mensejahterakan diri.

Siapa yang bisa menolak hal gratis dan bagus? Kalau Anda pengguna aktif sosial media, tentu Anda senang yang gratisan bukan? Kenapa doyannya dengerin gosip dan cercaan haters kalau masih banyak ilmu yang bisa Anda dapatkan? *peace :) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar